Banyuwangi dikenal bukan hanya karena pesona alamnya, tetapi juga karena kekayaan budaya yang masih terjaga hingga kini. Salah satu daya tarik wisata Banyuwangi adalah keberadaan Suku Adat Osing di Desa Kemiren. Suku ini merupakan keturunan asli Banyuwangi yang tetap mempertahankan tradisi leluhur di tengah arus modernisasi.
Sekilas Tentang Suku Adat Osing
Suku Adat Osing merupakan kelompok etnis yang masih memiliki hubungan dengan suku Jawa, namun dengan karakteristik budaya dan bahasa yang berbeda. Identitas khas inilah yang menjadikan Osing sebagai simbol keaslian masyarakat Banyuwangi.
Tradisi dan Adat di Desa Kemiren
Desa Kemiren menjadi pusat kehidupan masyarakat Osing. Berbagai ritual adat masih dilaksanakan hingga kini, mulai dari upacara pernikahan, ritual kematian, hingga upacara sakral lainnya. Semua itu bukan hanya bentuk penghormatan pada leluhur, tetapi juga menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin menyaksikan langsung kekayaan budaya lokal.
Rumah Adat Bale Daja
Salah satu ciri khas Desa Kemiren adalah rumah tradisional Osing yang disebut Bale Daja. Arsitekturnya unik dengan detail kayu khas dan tata ruang yang merefleksikan filosofi budaya Osing. Rumah adat ini kini menjadi ikon wisata budaya di Banyuwangi yang sering dikunjungi wisatawan.
Wisata Budaya Osing di Banyuwangi
Melalui paket wisata Banyuwangi, Desa Kemiren sering dimasukkan sebagai destinasi budaya yang wajib dikunjungi. Wisatawan dapat merasakan pengalaman langsung berinteraksi dengan masyarakat Osing, menyaksikan pertunjukan seni tradisional seperti Tari Gandrung, hingga membeli kerajinan tangan khas yang dibuat oleh warga setempat.
Budaya Osing yang terus dilestarikan menjadikan Banyuwangi sebagai destinasi yang tidak hanya kaya akan alam, seperti fenomena bluefire di Kawah Ijen, tetapi juga kaya akan warisan tradisi. Mengunjungi Desa Kemiren adalah kesempatan berharga untuk menyelami akar budaya asli Banyuwangi yang megah.
Sekitar 90 km di selatan Kota Banyuwangi, terdapat sebuah destinasi eksotis bernama Teluk Hijau atau Green Bay. Lokasinya berada di kawasan Pantai Sukamade, bagian dari Taman Nasional Meru Betiri yang terkenal akan keindahan alamnya yang masih alami dan terjaga.
Nama Teluk Hijau berasal dari warna air lautnya yang jernih kehijauan, berpadu dengan pasir putih halus serta panorama hutan tropis di sekelilingnya. Tak jauh dari bibir pantai, terdapat air terjun setinggi 8 meter yang menambah daya tarik kawasan ini, menciptakan suasana sejuk dan asri.
Pesona Alam dan Keunikan Flora Fauna
Teluk Hijau bukan sekadar pantai indah. Kawasan ini juga menjadi habitat flora dan fauna langka, salah satunya adalah Rafflesia arnoldii atau bunga bangkai raksasa yang terkenal di seluruh dunia. Selain itu, area ini juga menyimpan sejarah, dengan keberadaan Gua Jepang, yang dulunya digunakan tentara pada masa Perang Dunia II sebagai benteng pertahanan.
Lokasi yang Tersembunyi
Untuk menuju Teluk Hijau, wisatawan harus menempuh perjalanan sekitar 2 km dari pemukiman terakhir, melewati jalan setapak dan hutan yang rimbun. Letaknya yang tersembunyi di balik bukit dan dekat dengan pantai berbatu membuat tempat ini terasa seperti oase yang benar-benar terjaga. Karena keasriannya, banyak yang menyebut Teluk Hijau sebagai “Eden yang tersembunyi di bumi.”
Wisata Banyuwangi yang Autentik
Kunjungan ke Teluk Hijau biasanya menjadi bagian dari paket wisata Banyuwangi, yang sering digabungkan dengan destinasi lain seperti Pantai Sukamade, Kawah Ijen dengan fenomena bluefire, hingga Baluran. Perpaduan antara petualangan, relaksasi, dan keindahan alam menjadikan Teluk Hijau destinasi favorit bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Kesimpulan
Teluk Hijau adalah salah satu permata alam Banyuwangi yang menawarkan keindahan laut hijau jernih, pantai berpasir putih, air terjun, flora langka, hingga jejak sejarah masa lalu. Bagi pecinta alam dan ketenangan, destinasi ini adalah pilihan sempurna untuk merasakan pengalaman wisata Banyuwangi yang autentik dan berbeda.